Gugah Kecintaan Anak-anak terhadap Satwa

"Kak, apa bedanya kura-kura dengan penyu?"

"Aku mau bikin tokek ah. Eh, tokek teh satwa dilindungi gak ya?"

"Aku mah nggak takut sama ular, soalnya bapa aku beranian sama ular."

Celoteh polos mewarnai pagi di salah satu sudut gang di Dago Pojok Bandung. Belasan anak bersemangat mengikuti kegiatan Edukasi Cinta Satwa yang diselenggarakan Protection of Forest & Fauna (PROFAUNA) bersama Komunitas Taboo-Kampung Kreatif Dago Pojok pada 20 Desember 2014. Tangan-tangan kecil mereka membuat beragam jenis miniatur satwa dari tanah lempung sambil mendiskusikan pengalaman berinteraksi dengan satwa.

Rahmat Jabaril, penggagas Kampung Kreatif Dago Pojok, menuturkan edukasi semacam ini baru pertama kali diselenggarakan Komunitas Taboo. Biasanya, paparnya, anak-anak di lingkungan ini diasah kreativitasnya untuk menghasilkan beragam karya seni dibawah bimbingan dirinya, mahasiswa Fakultas Seni Rupa & Desain (FSRD) ITB ataupun sejumlah seniman.

"Soal menghasilkan karya, anak-anak ini sudah terbiasa dibimbing seniman dari dalam dan luar negeri sehingga bisa menghasilkan lukisan, topeng, mural dan karya seni lainnya. Baru kali ini mereka diajak membuat karya seni sambil dimotivasi untuk menyayangi satwa," jelas Jabaril.

Diskusi pun berlangsung seru, sejumlah pengalaman diungkapkan anak-anak yang baru saja memulai liburan semester ganjil. Widi, salah seorang peserta, mengaku kasihan melihat satwa koleksi Kebun Binatang Bandung. "Kurus-kurus, bau trus kandangnya sempit dan kotor."

Kekey, peserta lain, menceritakan pengalaman keluarganya yang memelihara sejumlah burung. Dia memperkirakan keluarganya tidak paham bahwa sebagian burung yang dipiara tergolong satwa dilindungi.

"Kayaknya ada mamang (paman) saya yang punya burung ini," ungkapnya sambil menunjuk burung kakaktua yang ada di poster Daftar Satwa Dilindungi yang Paling Sering Diperdagangkan terbitan PROFAUNA.

Sayang, cuaca mendung membuat miniatur satwa ini lama kering. Diperkirakan dua-tiga hari mendatang karya mereka baru bisa dicat dan diberi ornamen tambahan. Rencananya, karya mereka ini akan dipamerkan dalam acara puncak Festival Dago Pojok yag akan berlangsung pada 27 Desember 2014.

"Karya bertema satwa ini akan dipamerkan berdampingan dengan karya seniman Bandung lainnya. Ini akan memberikan kebanggaan pada mereka," tutur Jabaril.

Di akhir diskusi, semua anak sepakat satwa lebih indah tinggal di alam. Sebagai penutup, PROFAUNA membagikan poster Daftar Satwa Dilindungi yang Paling Sering Diperdagangkan kepada anak-anak itu.  Mereka berjanji akan memasang poster itu di rumah agar anggota keluarga lain tahu satwa apa saja yang dilindungi. Semoga upaya sederhana ini bisa menyadarkan orang dewasa di sekitar mereka untuk peduli terhadap satwa. Semoga.

© 2003 - 2024 ProFauna Indonesia

ProFauna Indonesia (Temukan kami di Google+) adalah lembaga independen non profit berjaringan internasional
yang bergerak dibidang perlindungan dan pelestarian satwa liar dan habitatnya.