Miris, Pembantaian Penyu Masih Terjadi di Pulau Derawan

Selain pencurian telur penyu, ternyata pembunuhan penyu hijau untuk diambil dagingnya masih terjadi di Pualu Derawan, Kabupaten Berau. Bukti masih adanya pembunuhan penyu itu terungkap ketika tim Protection of Forest & Fauna (PROFAUNA) Borneo dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Berau melakukan pengecekan di lapangan pada tanggal 29 Maret 2016.

Temuan pembunuhan penyu itu berawal dari patroli petugas Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang menemukan barang bukti berupa 8 butir telur penyu, gumpalan darah, sebilah pisau dapur dan sandal. Ternyata gumpalan darah itu adalah isi perut dari penyu hijau. Kuat dugaan bahwa baru saja terjadi pembunuhan penyu yang kemudian pelaku buru-buru kabur ketika melihat tim BLH.

Temuan itu kemudian dilaporkan ke DKP Kabupaten Berau yang segera melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Malam ini juga DKP melakukan koordinasi dengan aparat-aparat terkait, dan berusaha mencari sisa bangkai penyu itu.

"Temuan telur penyu dan bagian perut penyu yang dibunuh itu menguatkan dugaan bahwa perburuan penyu masih marak terjadi di Pulau Derawan", kata Bayu Sandi, koordinator PROFAUNA Borneo.

Merespon temuan pembunuhan penyu itu, tim PROFAUNA bersama kelompok pemuda Duta Bahari melakukan penyisiran pantai di pulau Derawan pada tanggal 30 Maret 2016. Hasilnya, tim menemukan belasan butir telur penyu yang berada di dasar air. Diduga telur-telur itu hasil pencurian yang tercecer.

Berdasarkan pantauan PROFAUNA Borneo di lapangan,daging penyu paling banyak dimanfaatkan pada harimalam natal, malam tahun baru dan imlek. Sebagian masyarakat Berau memanfaatkan daging penyu sebagai makanan ringan untuk minum minuman beralkohol atau sekedar dimasak rica-rica untuk menyambut perayaan hari-hari besar tertentu.

Perairan Kabupaten Berau dikenal sebagai habitat penting satwa langka Penyu Hijau (Chelonia mydas) terbesar di Indonesia dan terbesar nomor 8 di dunia. Sayangnya pencurian penyu dan telurnya masih berlangsung.

Dalam pertemuan Forum Koordinasi Konservasi Keanekeragaman Hayati Perairan (FKKKHP) pada akhir bulan Maret 2016, Bupati Kabupaten Berau, H. Muharram berharap semua pihak bekerja keras untuk menjaga pelestarian keanekaragaman hayati di Kabupaten Berau.

"Kami berharap PROFAUNA melakukan pemetaan tempat terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan penyu yang ada di Berau", tegas H. Muharram. 

© 2003 - 2024 ProFauna Indonesia

ProFauna Indonesia (Temukan kami di Google+) adalah lembaga independen non profit berjaringan internasional
yang bergerak dibidang perlindungan dan pelestarian satwa liar dan habitatnya.