Libatkan Kreativitas Anak-Anak, PROFAUNA Jabar Gelar Edukasi tentang Primata

Ada yang berbeda dengan kegiatan pusat kegiatan belajar mandiri (PKBM) Komunitas Taboo pada minggu ketiga Januari 2015. Sebanyak 24 orang anak-anak riuh membicarakan primata bersama supporter PROFAUNA representatif  Jawa Barat. Berawal dari diskusi terbuka tentang satwa yang tergolong primata, beragam komentar muncul saat sejumlah anak-anak menceritakan pengalaman mereka berinteraksi dengan primata. Bahkan, suasana menjadi lebih hidup saat supporter PROFAUNA yang hadir memaparkan fabel bertema primata yang berkembang sebagai dongeng masyarakat Sunda.

"Saya tahu ada dongeng Lutung Kasarung dan Ciung Wanara," ujar Kania, siswa kelas 6 SD yang kerap ikut kegiatan di PKBM Komunitas Taboo, sambil menunjuk poster satwa liar dilindungi yang biasa jadi perangkat edukasi PROFAUNA.

Arul, siswa kelas 1 SD, menambahkan, "Ada juga dongeng Sakadang Monyet dan Sakadang Kuya (seekor monyet dan seekor kura-kura). Saya pernah baca dongeng itu di sekolah."

Diskusi terus bergulir. Pada saat Nadya, supporter PROFAUNA, bertanya di mana sebaiknya primata itu hidup, beragam jawaban pun muncul. Pada akhirnya semua sepakat bahwa hutan adalah rumah terbaik bagi satwa liar, termasuk primata.

"Tapi saya pernah lihat ada monyet yang dipiara di rumah teman bibi (tante) saya. Monyetnya disimpan di kandang, di luar rumah," kata Hana (7 tahun).

"Kalau monyet mah sering saya lihat dibawa tukang doger monyet (topeng monyet). Ada (tukang doger monyet) yang keliling kampung sini tapi pernah juga saya lihat di pinggir jalan. Saya pernah kasih uang, kasih makanan juga pernah," tutur Silvia (10 tahun).

Pernyataan ini disambut supporter PROFAUNA dengan penjelasan bahwa doger monyet adalah salah satu bentuk penyiksaan terhadap primata. Adam, salah satu supporter  PROFAUNA, lalu menunjukkan hasil karya seni grafisnya yang bertemakan "Stop Eksploitasi terhadap Monyet Ekor Panjang".

"Pada saat membuat gambar-gambar ini, Kakak mempelajari bagaimana cara monyet itu berlatih. Ternyata pelatihnya sangat kejam. Monyet yang ditangkap dari alam lalu dipaksa berdiri tegak, leher dan kakinya dirantai. Monyet-monyet itu sering disiksa dan nggak diberi makan supaya nurut," jelas Adam.

Anak-anak pun terkesima dengan kisah dan karya Adam. Mereka sepakat ingin mengikuti langkah aktivis dan supporter PROFAUNA mengedukasi masyarakat agar memperlakukan primata dengan baik. Mereka pun mendukung gerakan "Jangan Beli Primata" yang menjadi tema Peringatan Hari Primata Indonesia 2015. Sebagai bentuk dukungan, mereka bersemangat melukis segala hal bertema primata. Hanya dalam waktu 1,5 jam, sebanyak 24 lukisan siap memeriahkan kampanye puncak peringatan Hari Primata Indonesia 2015 di Kota Bandung. Inilah sumbangan kreatif anak-anak Bandung untuk primata Indonesia!

© 2003 - 2024 ProFauna Indonesia

ProFauna Indonesia (Temukan kami di Google+) adalah lembaga independen non profit berjaringan internasional
yang bergerak dibidang perlindungan dan pelestarian satwa liar dan habitatnya.