- English
- Bahasa Indonesia
Beratnya Diklatsar Ranger PROFAUNA, Masuk Sungai Berlumpur Hingga Mendaki Bukit Terjal
"Kami ranger, kami ranger, kami ranger, pantang mundur!" pekik para peserta diklatsar ranger PROFAUNA Angkatan ke-3 wilayah Jawa Timur dengan penuh semangat. Kepalan tangan dan hentakkan kaki menjadi simbol kesiapan dan semangat pantang mundur para calon ranger. Tempaan fisik dan mental siap dihadapi untuk menjadi sang penjaga hutan Indonesia dari penjarahan dan perburuan satwa liar.
Awan mendung mulai bergelayut di langit Kota Malang pada siang di hari Jum'at (5/4) itu. Peserta diklatsar ranger PROFAUNA angkatan ke-3 mulai berkumpul di PROFAUNA Indonesia Headquarters. Mereka dan 2 orang staf PROFAUNA bersiap untuk melakukan perjalanan menuju kantor lapangan PROFAUNA di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
Waktu menunjukkan pukul 12:45 wib ketika hujan deras mulai mengguyur Kota Malang. Namun, tak ada yang dapat menghalangi semangat para calon ranger untuk tetap berangkat sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dengan mengenakan jas hujan, para peserta kemudian memulai perjalanan menerjang derasnya hujan yang ditempuh sekitar 3 jam menuju kantor lapangan PROFAUNA menggunakan sepeda motor.
Link Terkait: Tentang Ranger PROFAUNA
Peserta sampai di kantor lapangan PROFAUNA pada pukul 16:00. Sambutan dan briefing dari ketua PROFAUNA Indonesia, Rosek Nursahid, dan komandan ranger (danger), Erik Yanuar, menjadi asupan energi bagi para peserta setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan. Peserta kemudian mulai mempersiapkan diri untuk berangkat menuju lokasi camping di Gunung Kepiting.
Dengan meneriakkan yel "Ranger pantang mundur!" peserta mulai melakukan trekking menuju lokasi camping yang ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam berjalan kaki. Pemandangan sawah yang terhampar sepanjang perjalanan menuju Gunung Kepiting menjadi "suplemen tambahan" untuk semangat para peserta.
Video terkait: Suasana Gunung Kepiting
Hari sudah mulai gelap ketika para peserta sampai di lokasi camping yang masih asri dan jauh dari permukiman. Peserta kemudian mulai mendirikan tenda dan melepas penat sejenak dengan beristirahat menikmati makan malam dalam suasana dan cuaca hutan yang cukup hangat karena berada di daerah pesisir Malang Selatan.
Bulan tidak menampakkan cahayanya malam itu. Ditemani suara deburan ombak di kejauhan, nyamuk-nyamuk yang sesekali menggigit, dan suara serangga khas hutan, para peserta dan tim PROFAUNA dengan khidmat menyimak materi tentang ranger yang disampaikan oleh Rosek Nursahid. Para peserta kemudian lekas beristirahat untuk mengisi kembali energi yang akan sangat dibutuhkan pada hari berikutnya.
Muntah dan Kram Perut
Fajar belum sepenuhnya menyingsing ketika peserta mulai mengawali aktivitas pada Sabtu (6/4) pagi. Membersihkan diri, sedikit peregangan, dan menyantap sarapan dilakukan untuk mempersiapkan energi yang akan banyak digunakan dalam kegiatan fisik hari itu.
Tepat pukul 07:00 WIB, Erik Yanuar selaku danger memberikan tugas pertama untuk para peserta untuk mencari kayu bakar dan air bersih. Ketiga peserta tergabung dalam 1 tim yang harus bahu-membahu menjalankan tugas.
Peserta kemudian bersiap untuk menjalankan tugas selanjutnya yaitu trekking untuk mencapai lokasi tantangan berikutnya. Dipimpin langsung oleh danger, peserta mulai melakukan trekking pada pukul 09:00 WIB menaiki Gunung Kepiting.
Medan yang cukup sulit saat menaiki dan menuruni Bukit Kepiting membuat Fuad, salah satu peserta dari Sidoarjo, kelelahan hingga muntah dan harus beberapa kali istirahat. Panas matahari yang terik dan fisik yang mulai lelah juga sempat membuat Malik, salah satu peserta dari Bondowoso, mengalami kram perut saat melewati jalur bebatuan di pinggir pantai.
Tidak hanya medan darat, dalam perjalanan peserta juga melewati sungai sedalam hingga 1.5 meter dengan berjalan. Lagi-lagi semangat ranger dan kerjasama tim menjadi kunci keberhasilan para peserta dalam melalui rintangan tersebut. Peserta akhirnya sampai di lokasi tantangan dan beristirahat sejenak sebelum menerima tugas selanjutnya.
Tantangan berupa serangkaian tali yang dipasang setinggi sekitar 40 cm dari tanah menjadi rintangan yang harus dilalui peserta. Peserta harus merayap di bawah tali tanpa menyentuh sebanyak 3 putaran. Jika ada salah satu peserta yang bagian tubuh atau barang bawaannya menyentuh tali, seluruh tim akan dihukum dan memulai tantangan dari awal.
Sekali lagi kerjasama tim calon ranger sangat patut diacungi jempol pada tantangan ini. Rama, peserta dari Malang, dan Malik bahu-membahu membimbing Fuad, yang memang sejak awal sudah mengalami kelelahan fisik, untuk melewati rintangan tali.
Tantangan berikutnya yang harus dilalui peserta adalah berlari kecil dengan memanggul sebatang kayu secara bersama-sama. Peserta dengan kompak mengatur langkah untuk menjaga ritme lari agar kayu tetap dapat dipanggul bersama. Rona lega, bangga, dan bahagia terpancar jelas di wajah para peserta tatkala tantangan berhasil diselesaikan dengan baik.
Menyeberangi Sungai Berlumpur
Perjalanan kembali ke lokasi camping pun tidak dilalui dengan mudah. Bentangan sungai berlumpur menanti untuk diseberangi oleh peserta dalam perjalanan menuju lokasi camping. Pekikan yel "Ranger pantang mundur!" menjadi penyemangat peserta untuk melalui perjalanan. Penat sepertinya tidak dapat mengalahkan semangat pantang mundur yang ada dalam diri para peserta.
Sesampainya di lokasi camping, peserta diberi tugas untuk membuat jungle art burung rangkong yang akan dinilai pada hari berikutnya. Dengan sigap seakan tanpa lelah, peserta mulai mengumpulkan bahan-bahan berupa ranting-ranting dan dedaunan kering untuk disulap menjadi sebuah karya.
Video Terkait: Menyeberangi Sungai
Petang mulai datang ketika tetes-tetes hujan mulai turun dan memaksa peserta berlindung di tenda. Sesi sharing dengan danger yang rencananya dilakukan di luar dengan api unggun pun terpaksa dilakukan di dalam tenda peserta diterangi cahaya senter. Rintik air hujan semakin menambah intimasi dan syahdu obrolan malam itu.
Pada hari ketiga, matahari sedikit lebih dulu menampakkan sinarnya daripada para peserta. Faktor kelelahan fisik karena tugas yang dijalankan pada hari sebelumnya membuat peserta membutuhkan sedikit waktu lebih untuk beristirahat. Namun, semangat tetap tidak terlihat luntur dari diri para peserta ketika mereka mulai mengawali hari terakhir diklatsar.
Kegiatan dimulai dengan sesi pertanyaan yang diajukan oleh tim PROFAUNA berkenaan dengan motivasi dan hal teknis tentang ranger untuk mengetahui mentalitas para peserta. Jawaban-jawaban para peserta juga akan menjadi bagian dari pertimbangan kelulusan sebagai ranger karena merupakan cermin dari niat dan kesungguhan mereka.
"Saya mengikuti diklatsar ranger ini karena ingin melakukan hal nyata yang berdampak positif bagi lingkungan khususnya hutan," tegas Malik menjawab pertanyaan yang diajukan Erik.
Fenomena perburuan juga diungkapkan oleh Fuad sebagai motivasi dirinya untuk ingin turut serta terjun langsung menjaga hutan. Edukasi masyarakat juga dirasa penting dalam menekan angka perburuan yang masih kerap terjadi.
"Komitmen saya kalau terpilih menjadi ranger adalah seumur hidup selagi saya kuat dan mampu," jawab Rama untuk pertanyaan yang diajukan Siti.
Hanya Lulus Dua Orang
Pada pukul 08:00 WIB, peserta mendapatkan tugas untuk mencari sebuah kartu yang telah disembunyikan di suatu tempat oleh tim diklatsar. Trekking kembali dilakukan menyusuri Bukit Kepiting dan garis pantai untuk menyelesaikan tugas tersebut. Tugas kali ini berhasil diselesaikan peserta dengan begitu semangat dan tanpa lelah. Tantangan terakhir bagi para peserta adalah kembali ke lokasi camping tanpa panduan panitia diklatsar.
Sesampainya di lokasi camping, peserta disambut dengan teriakan yel "Ranger pantang mundur!" sebelum pengumuman kelulusan peserta secara simbolis oleh Rosek Nursahid dengan memakaikan topi rimba ranger. Sayangnya, Fuad dinyatakan tidak lulus untuk menjadi ranger PROFAUNA. Seleksi ketat memang sangat perlu dilakukan karena ranger PROFAUNA adalah tim khusus yang bertugas di lapangan untuk menjaga hutan yang tentunya membutuhkan mental dan fisik yang kuat.
Raut kecewa namun bangga terpancar di wajah Fuad karena berhasil menyelesaikan seluruh rangkaian diklatsar ranger PROFAUNA meskipun tidak berhasil lulus. Dengan besar hati, Fuad memberikan selamat kepada kedua rekan satu timnya, Rama dan Malik, yang berhasil lulus sebagai ranger PROFAUNA. Kedua ranger terpilih dan tim PROFAUNA pun tetap memberikan semangat untuk Fuad agar terus memupuk kepedulian terhadap alam.
"Saya harap ranger PROFAUNA yang sudah diterima akan dapat memenuhi tugasnya menjaga hutan, minimal sekali dalam 2 bulan. Saya juga berharap ranger tegas dan tidak takut dalam menghadapi pemburu dan pembalak liar," tegas Erik.
"Harapannya nanti ranger yang sudah terpilih dapat secara sinergis bekerja sama dengan kami untuk menjaga hutan," kata Edi, polhut dari BBKSDA Jatim yang bertugas di Cagar Alam Pulau Sempu.
Hari Minggu (7/4) yang cerah itu menjadi saksi terpilihnya "orang-orang edan" yang nantinya akan turut menjadi relawan penjaga hutan sebagai ranger PROFAUNA. Seperti dalam yel-yel ranger PROFAUNA, birunya laut dan hijaunya hutan adalah semangat para ranger. Tidak ada kata ragu-ragu dalam kamus ranger PROFAUNA. Ranger PROFAUNA pantang mundur!
"Seleksi Ranger PROFAUNA memang ketat, dari 12 orang yang mendaftar itu ada 7 yang lolos ikut diklatsar dan akhirnya hanya 2 orang yang lulus sebagai anggota Ranger PROFAUNA. Saya mengucapkan selamat untuk yang lulus," kata Ketua PROFAUNA Indonesia Rosek Nursahid. (Luf)