ProFauna Bantu Satwa Korban Letusan Gunung Merapi
Gunung Merapi di Jawa Tengah, Indonesia yang kembali meletus pada tanggal 26 Oktober 2010 telah menimbulkan penderitaan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Merapi. Jumlah korban manusia yang meninggal yang sudah terdata sampai sejauh ini adalah 30 orang. Namun korban ternyata bukan hanya manusia, namun juga satwa, khususnya satwa ternak. Ratusan satwa ternak seperti sapi mati akibat awan panas yang dihasilkan oleh letusan Merapi.
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar Merapi adalah petani dan peternak. Untuk jumlah ternak di wilayah yang termasuk daerah rawan bencana (KRB III) yaitu Kecamatan Pakem, Cangkringan dan Turi adalah sebagai berikut : Sapi 2.875 ekor dan kambing 1.431 ekor.
Begitu mendengar kabar Merapi meletus, tim ProFauna langsung meluncur ke Merapi untuk melihat kemungkinan adanya satwa yang menjadi korban. Pemantauan sementara ProFauna sampai tanggal 27 Oktober 2010 menemukan ada 138 ekor sapi yang mati. Jumlah satwa ternak yang mati diyakini akan semakin besar, karena proses evakuasi masih berlangsung.
Satwa liar yang juga terkena dampak terhadap letusan Merapi itu adalah monyet ekor panjang (Macaca fasicularis) yang berada di Kaliurang. Monyet di tempat wisata alam itu kini kesulitan mendapatkan makanan, sehingga dikuatirkan monyet-monyet tersebut akan masuk ke perkampungan manusia. Dikuatirkan hal ini akan menimbulkan konflik antara manusia dan satwa liar.
Melihat kondisi satwa yang jadi korban letusan Merapi itu, ProFauna akan membantunya dengan pakan dan obatan-obatan untuk satwa. Tim ProFauna di Merapi telah melakukan koordinasi yang baik dengan otorotas setempat antara lain Dinas Peternakan dan Taman nasional Gunung Merapi. Otoritas pemerintah tersebut menyambut baik uluran tangan ProFauna.
Chairman ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid, mengatakan, "membantu satwa korban bencana alam sebetulnya adalah juga membantu manusia itu sendiri, karena satwa yang tidak segera ditangani diakuatirkan akan terserang penyakit yang mungkin bisa menular ke manusia". Dalam banyak kasus satwa ternak yang berhasil selamat dan sehat ternyata itu menjadi harta satu-satunya yang tersisa bagi masyarakat yang terkena dampak bencana.